Contoh Case Study Kelas III


PERISTIWA
Oleh : Widiyanto, S.Pd.
(Guru SDN 3 Gesing Kecamatan Kismantoro)

 Saya seorang guru di SD Negeri 3 Gesing dan telah bertugas selama 24 tahun, membimbing, memotivasi siswa yang mengalami hambatan dalam belajar dengan mengadakan perbaikan agar semua sasaran didik dapat mencapai target seperti diharapkan dan memberikan pengayaan kepada siswa yang memiliki motivasi dan intelegensi yang lebih dari siswa lain untuk memacunya ke arah yang lebih baik. Merasa sangat kecewa dan terbebani ketika selesai proses belajar mengajar masih terdapat siswa yang belum memenuhi target yang ingin dicapai.
Pada hari Senin 23 Oktober 2010  mengajar di kelas II dengan tema Peristiwa. Ketika mengajar selama ini menggunakan metode ceramah, diskusi dan pemberian tugas. Jika hal ini dilakukan terus-menerus,  saya yakin siswa hanya sekadar memahami, padahal siswa menginginkan lebih dari itu.  Agar siswa memperoleh gambaran nyata dari apa yang ia pelajari, bukan hanya sekedar memahami yang ada di dalam buku, mereka dapat memperoleh pengetahuan dari apa yang ia pelajari dengan dilakukannya sendiri dan bimbingan guru sehingga pembelajaran itu akan lebih membekas di benak anak-anak.
Atas pengalaman seperti itu timbullah keinginanku untuk mengubah metode pembelajaran melalui persiapan mengajar dengan menyusun RPP dan berusaha mempersiapkan bahan yang akan saya gunakan dalam proses pembelajaran. Ketika saya memasuki kelas dan melihat wajah siswa-siswa yang kelihatan terpukau saat melihat  saya membawa peralatan yang berupa plastisin, tanah liat, penggaris dan timbangan kecil. Ketika meletakkan barang-barang itu di atas meja. Terdengar suara anak-anak saling bertanya sesama temannya, “Apa itu Pak, untuk apa Pak?”. Mereka terlihat heran dan penuh tanda tanya. Saya memulai pelajaran dengan menanyakan pada anak-anak, “Pernah tidak kalian mendengarkan lagu ini, lalu saya menyanyikan dua baris lagu: Burung kakak tua...   Hinggap di jendela ...
Ada beberapa anak yang menjawab, “Pernah Pak”. Kemudian saya mengajak siswa untuk menyanyikan lagu tersebut bersama-sama. Kemudian  saya bertanya, “Pada nyanyian tadi hewan apa yang hingap di jendela?”.  Anak-anak menjawab, “Burung, Pak”.  Lalu menuliskannya di papan tulis jawaban anak tadi, yaitu burung. Kemudian  saya bertanya lagi, “Selain burung, hewan apa yang pernah kamu lihat?”. Anak-anak menjawab, “ sapi, kambing, ayam dan lain-lain, sehingga suasana kelas menjadi ramai. Nah, baiklah anak-anak, sekarang tanah liat ini akan saya sulap menjadi salah satu binatang, anak-anak terlihat heran dan berkata, “Benarkah Bapak bisa sulap ?”.  “Ya hari ini kita akan melakukan praktikum Perubahan bentuk benda. Adapun kompetensi dasarnya adalah Menunjukkan perubahan bentuk dan wujud benda (plastisin/tanah liat, tepung) akibat dari kondisi tertentu. Adapun tujuan pembelajaran siswa dapat membuat berbagai bentuk benda dari bahan yang mudah dibentuk, misalnya plastisin dan tanah liat”.
Tanah liat ini bisa berubah bentuknya, bisa dirubah menjadi binatang, mobil dan bentuk-bentuk yang lain, yaitu dengan cara ditekan-tekan, dipahat atau akibat dari kondisi tertentu. Nah, sekarang perhatikan plastisin ini bentuknya seperti balok kemudian plastisin ini saya beri tekanan, sekarang bagaimana bentuk plastisin, berubah menjadi binatang bukan?, “iya pak” untuk itu anak-anak, buktikan melalui kegiatan percobaan tanah liat ini kamu rubah bentuknya sesuai imajinasimu!
Jumlah siswa dalam kelas sebanyak 15 orang; terdiri atas 7 laki-laki dan 8 perempuan. Saya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang setiap kelompok beranggotakan 5 orang. Agak sedikit kewalahan yang saya rasakan karena anak-anak belum terbiasa dengan cara duduk berkelompok. Mereka kesulitan mencari teman kelompok sehingga kelas terasa gaduh. Namun, setelah diberi arahan, anak-anak mulai tenang, karena semua sudah duduk dalam kelompok yang telah ditentukan.
Terlihat ekspresi di wajah anak-anak bahwa mereka senang melakukannya.  Saya berkeliling memberikan arahan dan bimbingan. Tiba-tiba  terdengar salah seorang anak bernama Ridwan. Ia berkata, “Saya pernah, membuat burung dari tanah liat”.  “Oh ya, memangnya kamu bisa?”. “Bisa, Pak”. “Malah burung itu bisa dibunyikan?”.  “Dimana kamu membuat mainan itu?, tanya saya. Dan Ridwan menjawa, “Di rumah Pak, dibantu kakak saya”. “Baiklah, sekarang kamu buat seperti itu lagi!”, pinta saya.
Berdasarkan hasil praktik itu anak membuat laporan tentang apa yang dilakukan. Setelah semua kelompok selesai bekerja,  meminta kelompok A untuk mengukur panjangnya dan menimbang bertanya di depan kelas.
Ini adalah salah satu jawaban dari kelompok A yang tampil.
Panjangnya 7 cm dan beratnya 12 gram. Jawaban kelompok B adalah Burung saya panjangnya 7 cm dan beratnya 15.  Gerrr..........uuu........ suasana kelas menjadi ramai karena mendengar jawaban dari kelompok B. Kemudian terdengar lagi ralat dari kelompok B “maksud saya panjang burung-burungan ini”, sambil mengangkat hasil karyanya, “Ooo......” sahut anak-anak. Suasana kelas kembali tenang. Selanjutnya giliran kelompok C. Panjangnya 9 cm dan beratnya 20 gram.  Saya memberikan aplous kepada setiap kelompok yang tampil. Setelah semua selesai mempresentasikan, agar siswa lebih memahami konsep tentang perubahan bentuk benda, maka saya memberikan gambaran lain yaitu : benda dapat berubah bentuknya apabila mendapat tekanan, gesekan (akibat dari kondisi tertentu). 
   Karena jam pelajaran telah berakhir, saya mengakhiri kegiatan pembelajaran hari itu.  Saya merasa bahagia karena semua siswa terlibat aktif dalam setiap kegiatan. Namun, ada yang terlupakan ketika  menyimpulkan pembelajaran. Saya lupa membuat ringkasan tentang perubahan bentuk benda. Selain itu,  juga tidak melakukan evaluasi dan refleksi terhadap anak tentang pengalaman belajar yang telah mereka dapatkan hari ini. Akan tetapi, ketika  akan keluar dari ruang kelas, ada seorang anak yang bertanya, “Pak, besok ada kegiatan lagi seperti ini?”. Walaupun saya tidak mengerti pertanyaan si anak, apakah ia merasa senang atau tidak mengenai kegiatan pembelajaran yang baru saja berakhir, Saya menjawab, “Ada”. 
            Saya berpikir dalam hati, bahwa kegiatan pembelajaran yang telah saya lakukan tadi apakah efektif dan bermakna bagi anak-anak atau tidak. Dalam proses pembelajaran anak-anak terlihat aktif dan menyenangkan. Namun sayangnya saya tidak dapat mengukur tingkat penguasaan dan daya serap anak-anak. Sehingga saya tidak bisa menyimpulkan tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah saya lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


close
cbox




[ code ]