Contoh Case Study 2

Case Study dari Peserta KKG Gugus Muser Indah Kecamatan Kismantoro :
Oleh : Tut Wuri Handayani,S.Pd.I (Guru SDN 2 Kismantoro, Kecamatan Kismantoro)

DUNIA LAIN DI KELAS KAMI

Hari itu hari Rabu, memasuki jam pelajaran ke-4. Tepat setelah mata pelajaran olah raga, para siswa bersiap untuk mata pelajaran IPA. Sambil bermandi peluh  mereka memasuki ruang kelas dengan wajah kelelahan dan tentu saja dengan semangat yang berkurang untuk mengikuti pelajaran berikutnya.
Ketika akan masuk kelas, saya sempat mendengar anak-anak mengeluh, “Huhh! Habis olahraga terus IPA, terus Bahasa Jawa, capek!”. Dari situ saya jadi  berfikir, seandainya jadi mereka, saya pun pasti akan mengeluh demikian.

Saya masuk kelas dengan santai. Seperti biasa, anak-anak memberi salam dan menyiapkan buku pelajarannya. Saya menyebarkan pandangan ke seluruh ruangan dan melihat wajah lelah anak-anak. Dengan kondisi demikian, saya tidak yakin mereka bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan menyenangkan. Seperti pak sopir yang reflek banting setir ketika dihadang, saya pun dengan cepat putar haluan untuk ubah strategi.
Saya berdiri dan berkata, “Dalam hitungan ke-10, silakan berdiri dan mencari pasangan masing-masing!”. Dengan penuh tanda tanya mereka pun mencari pasangannya. Setelah semua mendapat pasangan, mereka pun bertanya, “Kita mau apa, Bu?” Sambil tersenyum saya menjawab, ”Selamat datang di acara Kuiz Siapa Berani!  Silahkan atur bangku dan buatlah nama untuk tiap-tiap pasangan!”
Dengan antusias mereka mengatur bangku dan menuliskan nama kelompok di kertas. Saya pun menuliskan nama-nama kelompok tersebut di papan tulis untuk mencatat perolehan skor. Setelah siap saya membacakan aturan mainnya.
Dalam kuiz ini ada tiga babak, yaitu babak lempar jawaban, babak nilai bertingkat, dan babak pertaruhan nilai. Saya menyiapkan pertanyaan dari soal-soal IPA. Dengan gaya bak presenter kuiz, saya membacakan pertanyaan secara jelas dan meyakinkan. Anak-anak mengikuti permainan dengan antusias dan penuh semangat untuk menjadi pemenang. Tak lupa di tiap pengantar babak saya beri waktu break seolah-olah ada jeda iklan dari sponsor.
Di akhir permainan, saya menghitung perolehan skor. Tiga kelompok dengan nilai tertinggi keluar sebagai pemenang. Kami memberikan apresiasi kepada para pemenang dengan memberikan tepuk tangan yang sangat meriah.
Dua jam berlalu tanpa terasa. Sekarang saya tidak lagi melihat raut wajah tak bersemangat dari anak-anak. Salah satu siswa berkata, “Kalau seperti ini asyik ya, tidak terasa belajarnya.” Saya tersenyum mendengarnya.
Pelajaran hari itu saya akhiri dengan nyanyian penyemangat yang biasa kami nyanyikan. Walau sedikit melenceng dari rencana pembelajaran, namun saya senang karena telah menghadirkan “dunia lain” di kelas kami. Saya senang karena telah melihat wajah polos anak-anak yang terbebas dari rasa tertekan ketika belajar. Dan satu lagi, ternyata saya tidak kalah dengan presenter kuis Tantowi Yahya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


close
cbox




[ code ]