FIGUR

Pengelola Program BERMUTU Kabupaten Wonogiri,
Drs. H. Tunggal Widodo BS., M.Pd.  :
FILOSOFI DALAM TEMBANG “ E... DAYOHE TEKO
Dalam mengemban tugas hendaknya dilakukan secara bertahap (step by step) agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Selain itu dalam menyikapi suatu permasalahan, hendaknya berpedoman pada prosedur, mekanisme, dan kaidah-kaidah yang ada.
E ... Dayohe teko
E ...Jerengno kloso
E... Klosone bedah
E... Tambalan jadah
E... Jadahe mambu
E..........dst.....
Itulah beberapa penggalan syair pada lagu dolanan “E ... Dayohe Teko” yang disampaikan oleh Drs. H. Tunggal Widodo BS, M.Pd. pada saat menyampaikan sambutan dan pengarahan pada kegiatan Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah bagi Guru SD di Wisma Kopendik Kabupaten Wonogiri pada bulan November 2010 yang lalu.
Lebih lanjut Beliau menjelaskan bahwa apabila kita interpretasikan dari sudut deretan syair tembang tersebut, nampak tahapan-tahapan perilaku dalam menyikapi suatu kejadian/peristiwa yang dilakukan secara prosedural. Sehingga filosofi yang dapat kita petik dari tembang “E ... Dayohe Teko” tersebut adalah dalam mengemban tugas hendaknya dilakukan secara bertahap (step by step) dan runtut agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Selain itu dalam menyikapi suatu permasalahan, hendaknya berpedoman pada prosedur, mekanisme, dan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan. Jangan sampai kita mengabaikan tahapan yang seharusnya kita lalui. Sebagai contoh ketika menyanyikan tembang “E ... Dayohe Teko” tidak mungkin kita melakukan lompatan, misalnya : E... Dayohe Teko, E... Tambalen jadah, E...Jerengno Kloso, dst... . Tembang tersebut tentunya kita nyanyikan dengan syair yang runtut, bukan?, begitu argumentasi Beliau. Perlu diingat, untuk menjadikan suatu pekerjaan lebih baik didahului dengan membuat konsepnya terlebih dahulu (planning) apa saja yang akan kita kerjakan, kemudian mengerjakan apa yang telah kita rencanakan tersebut. Dapat dibayangkan jika kita mengerjakan tanpa pedoman dan perencanaan yang baik, tentunya pekerjaannya jadi ngawur tanpa tujuan yang jelas.
Untuk memberikan gambaran pada guru peserta pelatihan tersebut, Pak Tunggal memberikan beberapa contoh. Salah satu contohnya adalah ketika guru menyusun tes evaluasi, langkah-langkahnya adalah : (1) Penentuan tujuan tes; (2) Penyusunan Kisi-Kisi tes; (3) Penulisan Soal; (4) Penelaahan Soal/Validasi Soal; (5) Perakitan soal menjadi perangkat tes; (6) Uji coba soal termasuk Analisis-nya; (7) Bank Soal; (8) Penyajian tes kepada siswa; (9) Skoring (pemeriksaan jawaban siswa). Langkah-langkah tersebut merupakan prosedur baku yang harus dilalui tahap demi tahap secara runtut.  Namun demikian, terkadang masih kita jumpai ada guru dalam menyusun tes evaluasi,  soal dibuat dulu kemudian baru membuat kisi-kisi. Bahkan penelaahan soal tidak dilakukan dengan cermat.  Penyusunan tes evaluasi yang tidak sesuai dengan prosedur, teknik, dan kaidah-kaidah yang ada pada akhirnya akan menghasilkan produk soal evaluasi yang tidak berkualitas.  Hal-hal demikian tentunya harus kita hindari, tandas beliau.
Beliau juga memberikan contoh yang lain, ketika seorang guru akan melakukan tindakan perbaikan pembelajaran melalui PTK, tentunya didahului dengan langkah-langkah yang sesuai dengan prosedur, yakni : (1) Identifikasi Masalah; (2) Perumusan Masalah; (3) Perumusan Tujuan; (4) Penelaahan Kepustakaan; (5) Perumusan Hipotesis; (6) Penetapan Langkah-Langkah Pengambilan Data; (7) Penetapan Langkah-Langkah Pengolahan Data; (8) Pengumpulan Data. “Apakah kita semua telah bertindak demikian ?”, tanya Pak Tunggal kepada guru peserta.  Sangat disayangkan ketika akan memulai penelitian tindakan (actian research) ada guru yang sudah sibuk dan pusing menentukan judul PTK.  PTK merupakan suatu karya ilmiah yang dilakukan dan disusun secara sistematis, jangan sampai kurang tertib ilmiah dalam melakukannya. Sebagai salah satu karya ilmiah, PTK adalah hasil pekerjaan yang dilakukan secara ilmiah, berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku. Di mana penuangan karya ilmiah dalam bentuk tulisan, dan cara penulisannya  pun mengikuti kaidah-kaidah penulisan ilmiah yang berlaku sehingga layak dibaca dan dinilai.
Terkait dengan hal tersebut di atas, filosofi dari tembang “E... Dayohe Teko” yang disampaikan oleh Pak Tunggal tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa sebagai pendidik dalam bertindak hendaknya sesuai dengan prosedur dan ketentuan-ketentuan yang ada. (Redaksi-Teha Haryanto)


*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


close
cbox




[ code ]