Contoh Case Study Kelas II


KETIKA ANAK HARUS BERCERITA………!

Oleh : Marsini, A.Ma.Pd.SD
(Guru SDN III Bugelan Kecamatan Kismantoro)

Saya adalah seorang guru kelas II. Hari ini saya mengajar di kelas II dengan tema  tentang peristiwa. Pada pelajaran Bahasa Indonesia materi yang akan saya sampaikan adalah mengungkapkan isi cerita dengan kalimat sederhana. Tujuan yang diharapkan setelah pembelajaran ini berakhir adalah siswa dapat mengungkapkan sebuah peristiwa dengan kalimat sendiri meskipun masih bersifat  sederhana.
Dalam mengajar di kelas yang menggunakan pola pembelajaran tematik, saya berusaha memberikan yang terbaik bagi anak didik. Untuk itu, jauh sebelum pembelajaran dimulai, saya telah menyiapkan RPP sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran yang saya lakukan. Saya ingin suasana pembelajaran tidak terkesan monoton, sehingga hasil yang dicapai kurang optimal. Pembelajaran tidak hanya menanamkan sebuah konsep pada anak didik, tetapi lebih dari itu pembelajaran harus berlangsung penuh makna (meaningfull). Output yang dihasilkan bukan hanya mengenal konsep tetapi seharusnya lebih memahami makna dari  konsep itu sendiri.
Dan bel tanda masuk berbunyi, saya dengan penuh semangat memasuki ruang kelas. Di sana , keadaan sangat gaduh.Anak- anak berlarian ke sana kemari. Tetapi, begitu saya masuk anak- anak segera menempati tempat duduk masing- masing. ”Assalamu ‘alaikum………. anak-anak’’. Saya membuka pertemuan dengan mengucapkan salam yang segera dijawab anak-anak dengan serentak. ’Anak- anak, pernahkah kalian menceritakan sebuah kejadian pada  Ayah, Ibumu di rumah ?”. Saya mengajukan  sebuah pertanyaan pada anak- anak. Pernah Bu………! Jawab anak- anak serentak. ‘’Nah, hari ini kita akan belajar tentang cara mengungkapkan isi cerita dengan kalimat kita sendiri’’. Setelah menjelaskan langkah-langkah pembelajaran saya membacakan sebuah cerita yang berjudul ‘’Gagak yang Sombong ‘’. Kemudian saya mengajukan pertanyaan kapada anak-anak tentang materi yang berkaitan dengan isi bacaan. ‘’ Anak-anak, menurut kamu, bagaimana sifat gagak tadi ?’’  saya mencoba memancing pemahaman anak –anak terhadap isi cerita. ”Gagak itu suka pamer Bu…!’’, jawab Azis. ‘’Dia itu sombong Bu…!’’, sahut Winda menimpali. Lalu suasana kelas berubah menjadi ramai. Masing- masing anak berebut mengemukakan pendapatnya. Segera kutengahi perbedaan pendapat yang sedang terjadi. ”Oke…  pendapat kalian sangat bagus. Ibu berharap, kalian berani mengungkapkan cerita yang  kalian ketahui’’. Lalu saya meminta anak-anak untuk membaca sekali lagi cerita tentang Gagak yang Sombong.
Setelah selesai membaca, anak-anak saya minta untuk mengungkapkan  isi cerita ke depan kelas  dengan kalimatnya sendiri. Tetapi semua terdiam, tidak ada yang berani mengungkapkan pendapatnya. Berkali-kali saya membujuk anak-anak agar berani ke depan. Dengan kata-kata  yang lembut, saya terus mencoba mengharap mereka ada yang berani tampil. Tetapi, alangkah kecewanya hati saya, karena mereka tetap terdiam. Akhirnya, saya memutuskan untuk memancing dengan beberapa pertanyaan. ‘’Anak-anak, berapa tokoh yang ada dalam cerita, tadi…?’’.  “Tiga…Bu”, jawab mereka serentak. Bagaimana  sifat beo tadi…? ‘’Beo cerdas Bu…!’’, jawab Iyud.  Sekarang  Siapa yang berani  menceritakan kisah gagak tadi?’’ saya mencoba memancing lagi. Setelah diam sejenak, tiba-tiba muncul ide baru. Begini saja, kalian menulis dengan kata-kata kalian sendiri isi cerita tadi….!  Dengan suara keras aku menyuruh anak-anak menulis.
Lalu, anak-anak segera menulis. Dan, akhirnya mereka saya suruh membacakan hasil tulisan ke depan kelas.Demikianlah, membuat anak untuk bisa bercerita memang sangat sulit. Perlu diperbanyak latihan dan latihan, agar  mereka bisa mencapai  ketuntasan yang maksimal. Sebagai guru, sering memberikan latihan kepada anak didik dan memberikan meaningfull study merupakan sebuah kewajiban yang tidak dapat ditawar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


close
cbox




[ code ]